Lama aku memandangi layar kotak dengan cursor yang masih mengarah pada lembaran kertas putih; kosong. Perlahan mencoba menerka, perasaan apa yang sedang menjalar hingga akal tak kuat menahan diri. Semuanya terasa tidak jelas; nanar.
Kamu tahu, sungguh aku tak membencimu.
Bahkan ternyata kini, aku lah yang telah melepasmu.
Kamu tahu, kedekatan kita, kemarin, ternyata semu belaka.
Padamu yang begitu banyak tanda tanya, ini bukanlah sebuah permainan.
Dan akhirnya aku lah yang memilih untuk melepasmu.
Lalu aku tersadar, sedikitpun tak menginginkan apa-apa darimu. Bahkan sebuah permintaan maaf sekalipun yang sudah jauh-jauh hari ku terima; aku memaafkanmu lebih dari rasa sakit yang telah kamu beri.
Jika kamu menjadi seseorang yang membaca ini, abaikan saja. Jangan tanyakan perihal rasaku padamu, jangan berusaha menjelaskan bagaimana pemahamanku terhadapmu, jangan. Aku hanya ingin kamu sebatas tahu...
Merasa terjebak dalam putaran yang seperti ini, membuat aku akhirnya memilih untuk melepasmu; diam-diam tersenyum, bahagia, berharap lagi, merasa bahwa kamu menginginkanku lagi, dan akhirnya dikecewakan untuk kesekian kalinya; berulang kali.
@Nhaenhaa (20/8/19)