Aku suka sekali menerawang, berandai-andai tentang sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terjadi.
Sebut saja aku idealis yang kerap membuang rasionalitas jauh-jauh, tidak peduli seberapa gila lamunanku dan seberapa liar pikiranku.
Aku bahkan nyaris membuat dunia lain di dalam kepalaku, dunia yang aku mau.
Kupikir ini akan mengganggu, karena aku terlarut pada sesuatu yang bahkan tidak ada.
Aku tenggelam pada dunia yang entah apa.
Melupakan jasadku yang tengah melamun di pinggir pintu kereta.
Namun, kemudian aku menyadari. Tidak, ini bukan sesuatu yang sia-sia.
Aku hanya sedang mencuri waktu untuk melarikan diri dari apa yang sedang kulelahi.
Aku sedang pergi jauh tanpa harus repot-repot mencari destinasi.
Aku sedang menyelam tanpa harus menahan napas.
Aku sedang hilang tanpa harus lenyap.
Disaat orang-orang butuh berlibur jauh untuk menenangkan diri, hanya dengan lamunanku aku sudah bisa pergi kemanapun yang aku mau, bahkan ke tempat yang belum pernah ada sekalipun.
Hanya dengan menatap gerak tiang listrik yang semakin jauh dari jendela taksi, aku sudah bisa mengembara ke negeri yang entah dimana.
Tak perlu membuang banyak energi. Sederhana, bukan?
Kemudian, pengembaraanku kerap membawa buah tangan: ide-ide dan gagasan.
Oleh-oleh kecil yang bisa kubawa pulang saat aku membuka mata.
Oleh-oleh kecil yang bisa kubagi dan tak pernah habis.
Sungguh istimewa.
Maka, terberkatilah para pemimpi.